Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Monday, December 12, 2011

Evanescence, teory to the moon light...


................
..... telolelet, telolelet,....
..... telolelet, telolelet,....
..... telolelet, telolelet,....
Para murid-murid kemudian berbaris aku pun ikut dalam barisan tersebut. “siap grak” teriak sang ketua lantang sambil memberikan contoh atas sikap siapnya, aku dan teman-teman mengikuti aba-aba dengan seksama. “lancang depan grak” aba sang ketua lagi, dan kami mengikutinya lagi. “tegap grak” perintah yang lainya menyusul, dan terakhir  “ istirahat ditepat grak” sebelum akhirnya kami di siapkan kembali dan kemudian di perintahkan masuk kedalam kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Seingatku nama ketua kelasku waktu itu “rian” aku gak tahu apa dia rinajombang ato rian de massiv yang jelas dia gak se absurd kedua nama yang ku sebutkan itu.
....didalam kelas aku duduk manis dengan sikap tangan di lipat di atas meja bersiap- siap untuk mendengarkan pelajaran hari ini,  hari ini aku belajar matematika sebuah pelajaran yang paling aku sukai dari dulu hingga sekarang. Pelajaran kali ini tentang penjumlahan ini bukan masalah berarti bagi ku. Soal- soal nyapun tidak terlalu sulit.
12 + 23 = ...
34 + 14 = ...
33 + 21 = ...
Ini terlalu mudah, tapi saat itu terlihatlah wajah- wajah suram terlihat dari mereka yangh tak mampu mengerjakan soal itu.akupun apada saat itu sangatlah berkonsentrasi, soal yang kurasa tidak semua anak teka dapat mengerjakanya. Ini sungguh rumit bahkan lebih rumit ketimbang menghitung jumlah domba yang terlintas saat ingin tidur dan mengukur pangajang kaki meja dengan jengkal tangan.
Tomi teman sebangkuku sempat kebingungan di buat soal – soal ini. Dengan muka dungunya ia bertanya kepadaku sambil menggaruk-garukan tangannya kekepalamy, persis kayak sarimin lagi amau ke pasar. Aku juga gak tahu entah kepasar pagi ato malah kepasar kodim.
Tomi      : roy, roy, roy....
Aku        : apa tom?
Tomi      :ini gimana ngerjainnya?
Aku        : inimah aku juga kurang ngerti “ jawabku polos”
Tomi      :lah itu kamu udah siap, belum?
Aku        : ini contek aja, kalo salah tanggung sendiri yaaa.
Kemudian tugas itu pun di kumpulkan dan akan di periksa oleh ibuk guru besok. Kemudian kami mulai membahas tengtang soal- soal lain yang ada di dalam buku cetak.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat kurasa,  waktu keluar untuk istirahat pun tiba. Tapi ke anehan yang kurasakan sejak tdi pagi sekarang terjawab lah sudah, AKU GAK BAWA UANG JAJA BUAT HARI INI. Bayangin aja anak sd gak bawak uang jaja ini sungguh memalukan saodara- saodara. Dengan berat hati aku beranikan diri aku bat minjam ketemen-temen. Tapi, saqma siapa? Ini permasalahan yang rumit masak baru kelas satu sd udah ngutang? Tapi apa daya perut sudah meronta-ronta minta diisi jadi aku mencari beberapa mangsa untuk aku utangin, akhirnya pandangankupun tertuju pada yang mnamanya tomi dengan wajah sedikit memelas aku memijam uang kepadanya.
Aku        : tom- tom
Tomi      : apa roy?
Aku        : pinjam uang dong? (sambil memelas)
Tomi      : berapa roy?
Aku        : sejuta boleh, tom? (candaku)
Tomi      : aku adanya 1000, mao?
Aku        : yaudah deh (dalam hati terpaksaa dari pada gak makan)
Kemudian aku berbelanja makan hanya dengan uang seribu pemberian tomi. Pada jam istirahat ini, selesai istirahat aku pun masuk kedalam kelas merenungi apa yang terjadi pada diriku saat itu. Dan kalian tahu apa kejadian ini membuat ku sadar aka satu hal bahwa kita tidak dapat selalu mengabaikan hal-hal kecil karena suatu saat hal kecil tersebut akan menjadi besar. Dan setiap ada kemauan pasti ada jalan. Was padalah! Waspadalah!!!!!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...