Ketika badai itu datang,
Kegelapan menyelimuti hidup.
Disudut ruangan hati aku terdiam bersembunyi ketakutan.
Namun ternyata ia tetap datang menemuiku.
Menghancurleburkan pilar-pilar kesombongan.
Meruntuhkan pilar-pilar keangkuhan.
Mengoyak-ngoyak potongan riya.
Mancabik-cabik bongkahan ujub.
Membawa pergi kebanggaan diri.
Disudut ruangan hati dengan
cahaya remang, aku kembali
terdiam, menangis, berteriak dan
menjerit.
Ditemani penyesalan berbalut
kekecewaan dan kemarahan, aku
mengutuk hidup.
Sampai akhirnya bayangan masa
lalu datang membawa cermin
kejujuran.
Menunjukkan betapa hinanya aku
dgn pakaian kesombongan dan
perhiasan keanngkuhan.
Betapa lancangnya manusia hinaseperti aku menyentuh pakaian
kebesaran Tuhan.
Aku tersentak dan tersadar,
Bukan, Ini bukan badai.
melainkan sebuah angin teguran
untuk mengingatkan dan
menyelamatkan diri.
Ini adalah sebuah bentuk rasa
sayangmu padaku yg selalu lalai
dalam mengingatmu.
Ini adalah sebuah bentuk rasa
sayangmu yg tak ingin aku
melangkah terlalu jauh darimu.
Ruangan ini mungkin masih
diselimuti kegelapan.
Namun setitik cahaya remang yg
kulihat akan menunjukkan arah.
Menuntun pada jalan terang yg jauh
lebih baik daripada jalan yg kulalui
dulu.
Disudut ruangan hati dengan
cahaya remang aku mengutuk diri.
Perjalanan masih panjang,
Akupun berusaha bangun dan
meninggalkan sudut ruangan hati.
Tertatih mengejar kembali mimpi
dijalan yg kuyakini jauh lebih baik.
No comments:
Post a Comment