Di sebuah malam yang gelap, awan menggantung berat di langit Nusantara. Sebuah suara menggema di hutan, laut, dan gunung: suara panggilan dari ruh-ruh purba yang telah tertidur selama ribuan tahun. Mereka merasakan bahaya besar mengancam bumi dan kini, kelima ruh itu mencari jiwa-jiwa terpilih untuk melanjutkan tugas menjaga keseimbangan Nusantara.
---
Prolog: Kelahiran Kelana
Ratusan juta tahun yang lalu, Kelana lahir dari energi chaos yang tersisa saat bumi terbentuk. Ia adalah makhluk abadi yang melihat manusia sebagai ancaman bagi keseimbangan bumi. Setelah ribuan tahun terasing, Kelana kini kembali, membawa pasukan Sandekala, monster-monster yang lahir dari legenda kelam Nusantara. Ambisinya sederhana: menghapus manusia dan menguasai bumi untuk dirinya sendiri.
Di gua gelap di bawah laut Jawa, Kelana berdiri, tubuhnya bersinar dengan cahaya ungu yang menyeramkan.
"Manusia telah melupakan alam. Kini, giliran mereka untuk dilupakan."
---
Bab 1: Panggilan Ruh Nusantara
Rangga Wira Prakoso, seorang mahasiswa arsitektur dari Yogyakarta, mendengar suara aneh dalam mimpinya. Di dalam mimpinya, seekor elang jawa melayang di atas gunung, suaranya bergema:
"Rangga, bangkitlah. Jagalah tanahmu. Perjuangan ini tak bisa kau hindari."
Terbangun dengan keringat dingin, Rangga merasa ada sesuatu yang mengubah hidupnya. Ia bukan satu-satunya. Di tempat lain, empat anak muda mengalami hal serupa.
Kanaya Meuthia, seorang aktivis lingkungan dari Sumatera, bermimpi dikejar harimau sumatera. Namun, harimau itu berbicara kepadanya:
"Kuatkan hatimu, Kanaya. Kau adalah mutiara yang akan menyinari gelapnya Nusantara."
Renata Mokoginta, ahli teknologi dari Sulawesi, sedang bekerja di sebuah laboratorium ketika sebuah bayangan anoa muncul di layar komputer. Suara berat terdengar:
"Renata, gunakan kecerdasanmu. Dunia butuhmu."
Rimba Kala Manthana, seorang pemuda Kalimantan yang hidup dekat dengan hutan, mendengar suara orangutan saat ia menyusuri rimba.
"Hutan ini adalah rumahmu, Rimba. Jangan biarkan ia hancur."
George Saa, seorang ilmuwan muda Papua, sedang meneliti plankton di tepi pantai ketika seekor hiu gergaji muncul dari laut. Ia terpaku saat mendengar:
"George, gunakan ilmumu untuk melawan kegelapan."
---
Bab 2: Pertemuan di Tengah Badai
Ruh-ruh itu memandu kelima pemuda menuju sebuah lokasi misterius: sebuah pulau kecil di tengah Nusantara, tempat kelima kekuatan bertemu.
Di tengah badai, mereka saling bertemu di tepi pantai. Rangga yang berusaha tetap tenang memecah keheningan.
"Jadi, kalian juga merasa ada yang memanggil?"
Kanaya menatapnya, dengan nada tegas, "Bukan hanya memanggil. Mereka memberitahu kita bahwa ada yang harus kita lindungi."
Rimba memotong, "Tapi melindungi dari apa? Kita bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi."
George, yang selalu rasional, menambahkan, "Apapun itu, kita harus mempersiapkan diri. Jika ruh-ruh ini benar, maka ancamannya besar."
Tiba-tiba, cahaya muncul dari tengah pulau, membentuk sosok lima binatang endemik.
"Kalian adalah penjaga baru bumi ini. Bersatulah, karena perpecahan adalah kelemahan terbesar manusia," suara itu bergema.
---
Bab 3: Kelana Memulai Teror
Sementara kelima pemuda itu belajar menggunakan kekuatan baru mereka, Kelana mulai menyerang. Ia membangkitkan Sandekala pertama, Rangda, untuk menghancurkan desa kecil di Bali. Api melahap rumah-rumah, dan penduduk melarikan diri.
Nusantaranger yang baru belajar menggunakan kekuatan mereka harus segera bertindak.
"Kita belum siap!" protes Renata, yang merasa tanggung jawab ini terlalu besar.
Rangga, bagaimanapun, mencoba memotivasi mereka. "Siap atau tidak, ini tugas kita. Kalau kita tidak melawan, siapa lagi?"
---
Bab 4: Pertarungan Perdana
Saat mereka tiba di Bali, Rangda sudah meluluhlantakkan sebagian desa. Kelima Nusantaranger mencoba menyerang, tetapi tanpa strategi, mereka justru terpojok.
Kanaya, yang selalu menjadi penengah, berteriak, "Kita harus bekerja sama! Ingat apa yang ruh-ruh itu katakan, persatuan adalah kekuatan kita!"
Rangga menggunakan gerakan Pencak Silat Panglipur untuk menahan serangan Rangda. Renata memanfaatkan teknologi untuk menganalisis kelemahan musuh, dan Rimba melindungi warga menggunakan jurus hutan khas Kalimantan. George, dengan kecerdasannya, menemukan cara memanfaatkan kelemahan energi Rangda, sementara Kanaya memimpin serangan terakhir dengan harimau sumateranya.
Setelah pertarungan sengit, mereka berhasil mengalahkan Rangda. Namun, kemenangan itu hanyalah awal.
---
Bab 5: Misi Besar
Di balik kemenangan kecil mereka, Kelana terus memperkuat pasukannya. Nusantaranger kini memahami bahwa mereka bukan hanya melawan musuh, tetapi juga menghadapi tantangan menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi, manusia dan alam.
Rangga: "Kita mungkin berasal dari pulau yang berbeda, tapi sekarang kita adalah satu. Nusantara adalah tanggung jawab kita semua."
Kanaya: "Dan ini bukan hanya soal melawan musuh. Kita harus memastikan generasi mendatang tidak mengulangi kesalahan kita."
---
Epilog: Persatuan dalam Keberagaman
Kelima pahlawan ini kini memahami kekuatan mereka bukan hanya berasal dari ruh binatang, tetapi dari kebersamaan mereka. Nusantaranger adalah simbol harapan dan persatuan di tengah keberagaman. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, mereka bersumpah untuk terus melindungi Nusantara, melawan ancaman apapun yang datang, dan menjaga keindahan budaya serta alam yang menjadi warisan negeri ini.
"Kami adalah Nusantaranger. Kami adalah penjaga tanah ini. Bersama, kita tak terkalahkan."
No comments:
Post a Comment