Cahaya redup di pojokan kamar itu tidak membuat Elisa merasa mengantuk atau
takut sama sekali, dia bahkan sedang sibuk menulis buku diary-nya, buku yang
selama ini menjadi teman setianya, buku yang tidak boleh seorangpun membukanya,
termasuk aku, sahabat terdekat Elisa.
Elisa adalah sahabatku sejak dua tahun lalu dia pindah ke sekolah ini, dia
seorang anak orang kaya yang pendiam, cerdas dan sangat tertutup, tak banyak
yang dia bicarakan padaku atau teman-teman lain. Elisa pernah berkata bahwa dia
memiliki rahasia, namun tak pernah ia ungkapkan padaku, akupun tak berani
menanyakannya, aku tau bagaimana sifatnya, ya dia agak cepat marah.
Elisa memiliki kebiasaan aneh, di tengah malam, dia suka bangun sendiri,
lalu menyendiri di pojokan kamar dan menulis diarynya, semua teman se-asrama
mengerti kebiasaannya itu dan tidak ada yang mau menggaggunya sampai menjelang
subuh, kemudian dia akan menyimpan diary itu dan bersiap-siap shalat subuh
berjama'ah di masjid. Kebiasaan Elisa itu selalu berulang setiap hari, setiap
malam.. sampai suatu ketika aku melihatnya menangis di pojokannya itu, aku yang
kebetulan belum bisa tidur-pun mendekatinya, lalu bertanya penyebab dia
menangis, dia diam, menatapku, jujur aku takut sekali melihatnya tatapannya,
dia memegang tanganku, tiba-tiba dia memegang lehernya seolah sedang tercekik,
dia menangis dan terus menggenggam tanganku dengan sangat kuat, aku bingung,
lalu secepatnya kubacakan Ayat Kursi dan beberapa surat lain yang kuhafal, aku
juga berdo'a dengan do'a-do'a perlindungan dari syaithan. Tak berapa lama,
akhirnya tangannya melemas, dia masih menangis, namun sedikit lebih tenang dari
barusan, aku-pun memanggilnya, Alhamdulillah dia mulai tersadar, tiba-tiba
adzan subuh berkumandang dan beberapa teman-teman sudah bangun dan bersiap-siap
menuju masjid.
Setibanya di masjid, aku merasa bagai baru tersadar.. Apa yang tadi terjadi?
apakah aku bermimpi? apa yang terjadi dengan Elisa? dd.. dia.. kesurupan jin??
Ya Allah.. aku bahkan yang me-ruqyah-nya sendiri, tanpa bantuan siapapun.. Di
masjid belum banyak orang yang datang, hanya satu atau dua orang saja yang
sedang membaca Al-Qur'an, walau jiwaku merasa tenang, namun perasaan ini tetap
membuatku takut.. sangat takut.. 'Apa mungkin asrama ini ada penghuni gaibnya?
aku tahu ada syaithan di manapun, tapi.. mengapa sampai mengganggu seorang
manusia?' pikiran-pikiran aneh mulai menyeruak.. menghantui diriku..
Sejak kejadian subuh itu, Elisa mulai sedikit terbuka, denganku dan
teman-teman.. dia sedikit lebih merasa senang bila menceritakan pengalamannya
atau apapun yang dia rasakan, namun sejauh ini, dia tidak pernah menyinggung
masalah kesurupannya lagi, aku juga berharap dia tidak kesurupan lagi, karena
aku juga takut.. Beberapa hari kemudian, Elisa curhat padaku, kalau dia
menyukai seseorang, namanya Gilang, dia telah menyukainya sejak lama, 60 hari
yang lalu, ya sejak 2 bulan yang lalu, namun baru menceritakan sekarang padaku
dan teman-teman.
"Aku tau kok Gilang yang mana, dia temen sekelas kita kan?" tanyaku suatu hari, "Iya,
dia cakep sekali ya, pinter lagi.." ungkap Elisa.
Aduh, temanku yang satu ini kayaknya sudah mulai mengalami pubertas deh,
hehe.. Elisa yang dulu pendiam kini berubah total, dia menjadi anak yang -agak-
cerewet, apalagi soal orang yang dicintainya itu, Gilang. Ah, rasanya kini aku
tahu apa yang dia bilang rahasia itu dulu, jadi ternyata perasaan ya? Suatu
hari aku melihatnya memakai sebuah kalung yang indah, saat kutanya dari mana
dapatnya, dia hanya tersenyum dan berlari.. "Rahasiaaa..." "Iiih..
dari Gilang ya?"
Alhamdulillah, sepertinya Elisa juga semakin betah di sini, dan dia juga
terlihat bahagia.. Aku senang sekali bisa melihatnya bahagia seperti sekarang
ini..
Senyum yang mengembang di wajah Elisa sepertinya tidak bertahan lama,
beberapa minggu setelah dia menyukai Gilang, dia menjadi murung, aku tak tega
melihatnya demikian, aku berusaha mengajaknya makan di kantin siang itu juga..
"Elisa, kamu kenapa sih murung gitu? ada sesuatu ya sama Gilang?"
tanyaku menebak, "Bukan, Sya.. tapi ada yang benci kalau aku suka sama Gilang"
jawabnya, "Lho, siapa? kayaknya kita semua seneng aja kok.." kataku
bingung, "dia itu temen deketku dari dulu, Sya.. yah boleh dibilang dia
sahabatku, tapi dia gak di sini.. dia anak luar" jawabnya jujur, aku tahu
kalau dia tidak pernah berbohong, "dia sayang sama aku, Sya.. dia gak mau
aku suka sama Gilang.. dia juga suka sama aku.." "apa??" aku
terkaget, 'siapa orang itu' pikirku dalam hati, "maaf ya Sya, aku gak bisa
kasih tau orangnya ke kamu.." dia menunduk dalam, aku tersenyum.
Sejak itu Elisa kembali murung, aku-pun mengerti perasaannya, disaat kita
menyukai orang lain, namun orang yang mencintai kita melarang untuk
menyukainya, tentu itu cukup menyakitkan, setidaknya, untukku... Elisa kembali
rutin melakukan kebiasaannya dulu, bangun di tengah malam dan menulis diary,
selain itu dia juga sering sesak napas dan kesurupan, Ya Allah...
A'udzubillahiminasy-syaithanirrajim.. Mungkin karena seringnya dia murung dan
melamun membuatnya mudah dimasuki oleh jin. Sesungguhnya aku kasihan melihatnya
menggelepar seperti ikan kehabisan air, atau kadang tercekik, dan sebagainya..
Teman-teman lain pun mulai banyak membantu me-ruqyah-nya..
Malam itu, Elisa tetap bangun, kali ini tidak dengan buku diary-nya, dia
membangunkanku tengah malam itu, tentu saja aku kaget, namum saat kutatatap
matanya, tidak, dia tidak sedang kesurupan.. Aku bangkit dari tempat tidurku,
menemaninya di pojok kamar, seperti biasanya..
"Sya, aku mau cerita sesuatu.." katanya pelan, "kenapa harus
malam-malam begini?" bulu kudukku sepertinya mulai berdiri, "Sya, ada
yang harus kamu ketahui tentangku.. Sebenarnya aku tidak bisa
meninggalkannya.." dia bahkan mengacuhkan pertanyaanku, "apa?
maksudku.. siapa?" sepertinya tatapannya mulai berubah, "dia.. Gilang-ku
yang kedua.." dia menunduk, "maksudmu, teman dekatmu itu?" aku
berusaaha menatap matanya, "ya, dia menyayangiku, aku juga.."
sepertinya dia mulai menangis, "kumohon, siapa dia? dia.." aku
benar-benar bingung, siapa Gilang kedua itu, "kurasa, malam ini dia
datang.. dia datang dengan jubah hitam dan merahnya.. tolong aku, Sya.."
dia terus menangis, Tiba-tiba dia kesurupan, aku membangunkan beberapa teman
untuk meruqyah-nya.. sementara aku sendiri menangis, 'a..apa.. Gilang itu..'
ah, aku bahkan tidak sanggup melanjutkannya.
Kini, aku sendiri menjadi cukup murung bila mengingat apa yang terjadi pada Elisa..
aku bahkan tidak mengerti.. yang muncul dalam tafsiranku, hanya Gilang Kedua
yang dia maksud itu bukanlah manusia.. Dan kurasa itu benar, beberapa
teman-teman pe-ruqyah mengatakan bahwa dalam pingsannya, pe-ruqyah dan -Gilang
Kedua- itu sempat berbicara, dan memang benar, dia mengaku kalau dia itu Gilang..
Elisa sudah sadar, dia benar-benar menceritakan semuanya padaku, dia diberi
banyak hadiah dan perhiasan (semisal : kalung, jam tangan, cincin, gelang, dll)
dari temannya itu di -alam ghaib-nya, aku sepenuhnya percaya pada Elisa, aku
tau dia tak suka berbohong, si -Gilang Kedua- itu juga selalu datang saat Elisa
kesurupan, oh Ya Rabbi.. ternyata penyebab kesurupan Elisa adalah dia itu, rupanya
-dia- cemburu jika Elisa menyukai Gilang.. Elisa mengaku kalau -dia- itu
mencintai Elisa, dan Elisa sendiri juga mencintainya, dan dia bilang, -Gilang
Kedua- itu cakep dan keren, bahkan lebih keren dari Gilang yang aslinya..
Kalung yang dipakai Elisa sudah dibakar, walaupun Elisa sempat diancam oleh
-dia- bahwa orang-orang yang dicintainya akan di bunuh, tapi Elisa percaya sama
takdir Allah kok.. Elisa ga takut sama ancaman dari makhluk yang tidak dapat
memberi manfaat ataupun mudharat kecuali atas Izin Allah.. Hingga saat ini Elisa
masih menyukai Gilang lho.. tentunya Gilang yang asli.. Sekarang Elisa berusaha
melupakannya dan menghilangkannya jauh-jauh dari pikirannya, Elisa juga sedang
berkonsultasi dengan seorang ustadzah..
Semoga kejadian itu tidak terulang lagi, Elisa.. Kuharap, semoga Allah
selalu menjaga dan membimbingmu, Semoga Allah memberimu taufiq.. Semoga engkau
selalu dalam lindungan Allah ta'ala, selamanya...
“Orang yang baik
dengan kita belum
tentu artinya dia
jatuh cinta pada
kita. Bisa jadi
karena memang dia
suka menolong.
Jadi jangan kecewa
kalau ternyata dia
juga sering
menolong orang
lain. Dan kalau
banyak yang jatuh
hati padanya, itu
sangat wajar. Hati
siapa yang kuat
menghadapi
kebaikan yang
tulus?”
No comments:
Post a Comment