Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Tuesday, December 24, 2024

Epilog: Warisan yang Tak Terlupakan



Puluhan tahun telah berlalu sejak pengorbanan Arjuna dan Mentari menjadi tonggak perdamaian antara Kerajaan Jagat Bayu dan Langit Biru. Kisah mereka hidup di setiap sudut negeri, menginspirasi generasi demi generasi untuk memahami arti cinta, keberanian, dan tanggung jawab.

Di pelataran istana Jagat Bayu yang kini dihiasi taman penuh bunga dari berbagai penjuru, Raja Bagaskara Dirgantara duduk merenung. Sebuah prasasti besar berdiri di tengah taman itu, dengan ukiran yang menggambarkan Arjuna dan Mentari berpegangan tangan, dikelilingi oleh burung merpati yang melambangkan perdamaian.

Prasasti itu bertuliskan:
"Untuk mereka yang mencintai tanpa batas, yang mengorbankan segalanya demi dunia yang lebih baik."

Raja Bagaskara, cucu Raja Surya, telah memimpin kerajaannya dengan penuh kebijaksanaan, berpegang pada pelajaran yang diwariskan melalui tragedi cinta kedua leluhurnya. Ia memastikan bahwa kedua kerajaan tetap bersatu dalam perdamaian dan bekerja sama dalam segala hal, dari perdagangan hingga pertahanan.

Di pasar-pasar dan alun-alun, cerita tentang Arjuna dan Mentari menjadi bagian dari seni pertunjukan rakyat. Teater jalanan sering kali menampilkan drama tentang cinta mereka, dengan akhir yang selalu mengajarkan pentingnya pengorbanan demi kebaikan bersama. Lagu-lagu mereka dinyanyikan, bahkan dijadikan ritual dalam upacara pernikahan untuk mengingatkan pasangan baru tentang pentingnya kepercayaan dan pengabdian.

Di sisi lain, Raja Dirgantara, yang kini memimpin Langit Biru, telah membangun akademi yang dinamakan Balai Mentari Arjuna. Akademi ini tidak hanya mengajarkan seni perang dan diplomasi, tetapi juga seni musik dan sastra, agar rakyat dapat belajar untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai.

Kenangan yang Abadi
Suatu malam yang tenang, Raja Bagaskara berdiri di tepi dermaga yang menghadap laut luas. Ombak lembut menghempas, seolah berbisik menyampaikan cerita masa lalu.

“Cinta mereka membentuk dunia kita,” pikirnya, menatap cakrawala. “Dan kini, tugas kita adalah menjaga apa yang telah mereka perjuangkan.”

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, seorang anak kecil duduk bersama neneknya, mendengar cerita tentang Arjuna dan Mentari. Anak itu bertanya polos, “Apakah cinta mereka benar-benar abadi?”

Nenek itu tersenyum hangat, mengusap kepala cucunya. “Cinta mereka tidak hilang, Nak. Ia hidup dalam setiap perdamaian yang kita rasakan, dalam setiap tawa yang kita bagi. Cinta itu bukan sekadar perasaan; ia adalah warisan yang kita teruskan.”

Di atas langit malam, bintang-bintang bersinar terang, seolah menjadi saksi bahwa cinta sejati memang abadi.

Dan di antara angin yang berhembus, terdengar seolah suara Mentari berbisik,
"Arjuna, cinta kita mungkin telah mengorbankan segalanya, tetapi dunia kini menjadi tempat yang lebih baik karena kita."

Tamat.


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...