Dua dekade lalu, keluarga pemilik rumah ini tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Yang tersisa hanyalah kebun yang terus tumbuh subur, seolah dirawat oleh tangan-tangan yang tak terlihat. Sungai kecil di sekeliling rumah selalu mengalir jernih, seperti menyanyikan nyanyian alam yang tak pernah berhenti, meski tak ada lagi orang yang tinggal di sana.
Ketika Maya, seorang antropolog muda, tiba di desa untuk meneliti kehidupan pedesaan, dia tertarik dengan kisah Rumah Bambu Tua. Warga desa memperingatkannya untuk tidak mendekati rumah itu setelah senja. Mereka bercerita bahwa di malam-malam tertentu, suara lembut seorang perempuan terdengar dari dalam rumah, memanggil nama seseorang yang tidak mereka kenal.
Namun, rasa ingin tahu Maya lebih besar daripada rasa takutnya. Suatu malam, dia memutuskan untuk mendekati rumah itu. Ditemani lampu senter, dia melangkah ke dalam kebun yang tampak hidup, meski tak ada tanda-tanda perawatan manusia. Saat memasuki rumah, hawa sejuk menyambutnya. Dinding bambu berbisik dengan suara angin, seolah menyampaikan pesan yang tak dapat dipahami.
Di dalam rumah, Maya menemukan sebuah peti kecil tersembunyi di bawah lantai kayu. Peti itu berisi buku harian seorang wanita bernama Laksmi, yang dulunya tinggal di sana bersama keluarganya. Dalam tulisannya, Laksmi menceritakan tentang kehidupan damai mereka yang berubah setelah dia menemukan "biji ajaib" yang ditanam di kebun. Biji itu, katanya, memiliki kekuatan untuk membuat tanaman tumbuh subur tanpa henti. Namun, dia juga menulis bahwa biji itu memiliki harga yang harus dibayar: seseorang dari keluarganya harus menjadi penjaga kebun, terikat selamanya dengan tanah itu.
Maya terkejut ketika membaca halaman terakhir. Tertulis pesan untuk siapa pun yang menemukan buku itu:
"Jika kau membaca ini, kebun telah memilihmu. Jangan pernah mencoba melarikan diri, atau tanah ini akan merana, dan sungai akan mengering. Jadilah penjaganya, atau semuanya akan hilang."
Saat Maya menutup buku itu, suara perempuan lembut memanggil namanya dari luar. Dengan napas tertahan, dia menyadari bahwa dia telah menjadi bagian dari misteri yang tak bisa dia hindari. Suara angin di luar berubah menjadi bisikan yang memanggilnya kembali ke kebun, dan malam itu, Maya menghilang dari desa, seperti keluarga sebelum dirinya.
Kini, warga desa kembali melihat kebun yang tetap subur, bahkan lebih indah dari sebelumnya. Mereka tahu, penjaga baru telah terpilih. Rumah bambu itu tetap berdiri kokoh, menyimpan rahasia yang hanya akan terungkap pada mereka yang cukup berani—atau cukup bodoh—untuk mencoba.
No comments:
Post a Comment