Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Wednesday, January 1, 2025

Ken Dedes 6: Cinta dan Ambisi




Senja membingkai langit Tumapel dengan warna merah yang menyala, seolah mencerminkan gejolak di hati dua jiwa yang berdiri berhadapan. Ken Arok menatap Ken Dedes, wajahnya mencerminkan perpaduan antara keteguhan dan keraguan.

“Dedes,” suara Ken Arok rendah, tetapi penuh emosi yang tertahan. “Aku tak pernah menyangkal dosa-dosaku. Dunia mungkin mengenalku sebagai lelaki yang haus kuasa, tetapi di hadapanmu, aku hanya pria yang berharap... Kau percaya padaku.”

Ken Dedes memutar tubuhnya, menatap horizon dengan mata yang kosong. “Percaya?” Dia mendengus kecil, suaranya mengandung nada getir. “Arok, bagaimana mungkin aku mempercayai seseorang yang datang dengan darah di tangannya?”

Ken Arok mendekat, berhenti hanya beberapa langkah darinya. “Karena aku ingin mengubah itu, Dedes. Aku tak ingin ambisi ini hanya berakhir sebagai cerita tentang perebutan kekuasaan. Aku ingin kau menjadi bagian dari perubahan itu. Aku... ingin kau menjadi bagian dari hidupku.”

Ken Dedes berbalik perlahan, mata mereka bertemu. Dalam tatapan Ken Arok, dia melihat sesuatu yang tak pernah dia duga—kesungguhan yang rapuh.

“Dan jika aku menolak?” tanyanya, suaranya nyaris berbisik. “Jika aku tetap memilih Tunggul Ametung, apa yang akan kau lakukan?”

Wajah Ken Arok mengeras, tetapi bukan karena amarah. Dia menunduk, membiarkan keheningan meresap. “Aku akan tetap merebut Tumapel,” katanya dengan suara yang berat. “Itu tak bisa kuhindari. Tapi jika kau menolak... Aku kehilangan apa yang lebih penting dari tahta. Aku kehilangan kau.”

Ken Dedes terdiam, dadanya bergetar mendengar pengakuan itu. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin membenci pria ini—pria yang telah menantang suaminya, menantang hidupnya. Namun, dalam kata-kata Ken Arok, dia merasakan kejujuran yang melampaui sekadar ambisi.

“Arok,” katanya akhirnya, suaranya sedikit melembut. “Jika kau benar mencintaiku, buktikan bahwa cinta itu bukan hanya bagian dari rencana. Buktikan bahwa aku lebih dari sekadar wahyu yang ingin kau raih.”

Ken Arok menatapnya, rahangnya mengencang. “Aku akan buktikan, Dedes. Aku akan buktikan bahwa ambisi ini bukan tentang aku semata. Kau akan melihat.”

Angin senja meniup lembut, membawa aroma tanah dan daun-daun kering. Dalam kebisuan mereka, senja berakhir, meninggalkan bayangan yang panjang dan gelap.



No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...