Setelah aku di beri segelas minuman oleh
pemuda simpatik di sebuah acara pesta
ulang tahun temanku. Palu godam serasa meninju kesadaranku, perlahan detak jantungku melemah, tulang-tulangku tiba-tiba saja bagai hantam dingin yang hebat, seketika itu juga tubuh ku ambruk tanpa daya.
Tidak ada lagi yang bisa ku ingat, aku coba merangkai sebuah puzzle berantakan yang ada di dalam rak memoriku, ku coba susun walau terasa pedih, hingga menjadi sebuah gambar yang utuh.
Sial!, ternyata ini bukan mimpi!.
Apa yang telah di lakukan pemuda simpatik itu terhadap ku?, aku berusaha menepis pikiran buruk yang melintas cepat menyergap benak ku.
Tidak mungkin!, Tidak mungkin!, Tidak
mungkin ini terjadi!.
Oh, Tuhan apa yang telah terjadi?.
Secepat kilat aku menyambar selimut
untuk menutupi tubuh telanjangku.
Pikiranku masih saja membela
kewarasanku yang terusik. Tidak
mungkin!, Tidak mungkin ini terjadi!,
begitu kuatnya kata-kata itu ku teriakkan
di dalam batin ku.
Baju pesta, Beha dan celana dalam yang
berserakan begitu saja di lantai akhirnya
membunuh kewarasanku.
Oh, Tuhan !. Apa guna nya teriak dan
tangis histerisku?.
Pemuda simpatik itu telah memperkosa
ku.
Tuhan kenapa aku tidak mati saja!.
Jarum detik tak bergerak lagi. Ruang pun
kini tak berdimensi lagi.
Waktu ku tersedot ke angka nol, detik nol,
menit nol dan jam nol.
Ruang jiwaku kini adalah ke kosongan tak
bertepi.
Gunting yang ku ambil dari laci lemari rias
telah menggantikan peran Tuhan yang
sudah tak ku percaya lagi.
Darah mengalir, aku berhasil memotong
urat nadiku. Semakin banyak darah yang
keluar, tubuh ku pun semakin lunglai. Aku
tersenyum menikmati sakit demi sakit.
Ternyata setan yang sedari tadi hanya membisik-bisik saja padaku, kini dengan
berani ia berdiri di hadapanku. Ia tertawa
terbahak mengejekku.
Dengan isyarat kedua tangan ku satukan di
depan mukanya, walau lirih aku teriak kan
padanya, “Ma.. maaf!.”
Dan aku kini telah menjadi sesuatu yang
baru … ya cuma sesuatu !.
Bukan seseorang !.
No comments:
Post a Comment