Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Sunday, November 24, 2024

Bukit Larangan: Kisah Cinta, Pengkhianatan, dan Keberanian.

**Bukit Larangan: Kisah Cinta, Pengkhianatan, dan Keberanian**

Di sebuah desa di Riau, terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan nama **Bukit Larangan**. Bukit ini dianggap keramat oleh penduduk setempat karena dipercaya menyimpan misteri dan kisah masa lalu yang penuh hikmah.

---

### Awal Mula Bukit Larangan  

Pada masa itu, Kerajaan Raja Ranggam hidup dalam damai. Raja Ranggam, seorang penguasa yang bijaksana, memiliki seorang putri bernama **Putri Mayang**, seorang wanita yang tidak hanya cantik tetapi juga cerdas dan berani. Pesona Putri Mayang sampai ke telinga **Pangeran Tumenggung**, seorang penguasa dari kerajaan tetangga yang terkenal angkuh.  

Suatu hari, Pangeran Tumenggung datang melamar dengan iringan pasukan besar dan hadiah yang melimpah.  

> **Pangeran Tumenggung:** "Raja Ranggam, aku datang dengan segala kehormatan untuk mempersunting Putri Mayang. Dengan persatuan kita, kerajaanmu akan menjadi lebih kuat."  
>  
> **Putri Mayang:** (berdiri anggun) "Maafkan aku, Pangeran. Aku menghormati kehendakmu, tetapi hatiku sudah tertambat pada seorang lain."  

Mendengar penolakan itu, wajah Pangeran Tumenggung memerah. Ia menggertakkan giginya, menahan amarahnya yang meletup-letup.  

> **Pangeran Tumenggung:** "Tidak ada yang menolak kehendakku! Jika bukan lewat pernikahan, aku akan mengambil kerajaan ini dengan kekuatan!"  

---

### Pertempuran dan Kehancuran  

Keesokan harinya, Pangeran Tumenggung menyerang. Pasukannya meluluhlantakkan desa-desa sekitar kerajaan Raja Ranggam. Asap mengepul di mana-mana, sementara jerit tangis rakyat terdengar memekakkan telinga.  

Di tengah kekacauan itu, **Hang Tuah**, seorang prajurit muda setia kepada Raja Ranggam, tampil sebagai pahlawan. Dengan gagah ia memimpin pasukan kecil kerajaan untuk melawan.  

> **Hang Tuah:** "Tuanku, bawalah rakyat ke tempat yang lebih aman. Aku akan menahan mereka selama mungkin!"  
>  
> **Raja Ranggam:** "Tuah, engkau terlalu muda untuk mati. Tetapi jika itu maumu, berjuanglah dengan kehormatan!"  

Hang Tuah dengan pedang di tangan, menyerbu ke tengah pasukan musuh. Ia bertarung seperti seekor harimau, melawan puluhan prajurit sekaligus. Namun, pasukan Pangeran Tumenggung terlalu banyak.  

Menyadari bahwa kekalahan tak terhindarkan, Raja Ranggam memerintahkan rakyatnya untuk mundur ke sebuah bukit di tengah hutan. Di sana, ia memanjatkan doa kepada Tuhan untuk keselamatan rakyatnya.  

---

### Bukit Larangan dan Kabut Ajaib  

Saat pasukan Tumenggung mengejar ke bukit itu, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti kawasan tersebut. Para prajurit musuh tersesat, mendengar suara-suara aneh seperti gemuruh dari perut bumi.  

> **Prajurit Tumenggung:** "Tuan, kita tidak bisa melihat apa-apa! Ini tempat terkutuk!"  
>  
> **Pangeran Tumenggung:** "Diam! Terus maju! Aku akan menghancurkan mereka!"  

Namun, langkah pasukan Tumenggung terhenti ketika gempa dahsyat mengguncang bukit itu. Tanah longsor terjadi, menutupi jalan menuju puncak. Banyak prajurit Tumenggung yang tewas dalam kekacauan tersebut.  

Di puncak bukit, Hang Tuah, yang berhasil selamat, berlutut bersama Raja Ranggam dan Putri Mayang.  

> **Hang Tuah:** "Tuanku, bukit ini telah melindungi kita. Tetapi kabut ini adalah peringatan. Jangan biarkan siapa pun merusaknya."  
>  
> **Raja Ranggam:** (mengangguk) "Mulai hari ini, bukit ini adalah milik alam. Aku melarang siapa pun menyentuhnya."  

---

### Cinta yang Terpisah  

Meski berhasil menyelamatkan kerajaan, Hang Tuah merasa tak bisa tinggal lebih lama. Tugasnya sebagai prajurit Kerajaan Siak Sri Indrapura memanggilnya. Sebelum pergi, ia mengucapkan perpisahan kepada Putri Mayang.  

> **Hang Tuah:** (memegang tangan Putri Mayang) "Mayang, aku harus pergi. Cintaku padamu akan abadi, tetapi tanah air memanggilku."  
>  
> **Putri Mayang:** (menangis) "Kembalilah suatu hari nanti, Tuah. Aku akan menunggumu."  

Hang Tuah pergi, meninggalkan Putri Mayang yang terus menjaga Bukit Larangan sebagai simbol kesetiaan dan cinta yang tak pernah padam.  

---

**Hikmah Kisah**  
Bukit Larangan menjadi lambang keberanian dan pengorbanan. Hingga kini, penduduk percaya bahwa bukit itu dilindungi oleh kekuatan gaib yang diwariskan oleh Hang Tuah dan Raja Ranggam, melindungi mereka yang menjaganya dan menghukum mereka yang serakah.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...