Pada masa itu, Kerajaan Raja Ranggam hidup dalam damai. Raja Ranggam adalah seorang penguasa yang bijaksana dan dihormati rakyatnya. Ia memiliki seorang putri bernama **Putri Mayang**, seorang wanita yang tidak hanya cantik tetapi juga cerdas dan berani. Pesona Putri Mayang terkenal di seluruh negeri, termasuk ke telinga **Pangeran Tumenggung**, seorang penguasa dari kerajaan tetangga yang terkenal angkuh.
Namun, jauh dari hiruk-pikuk politik kerajaan, hati Putri Mayang telah tertambat pada seorang prajurit muda bernama **Hang Tuah**, yang berasal dari Siak. Hang Tuah adalah pengawal pribadi Raja Ranggam, terkenal karena keberanian dan kesetiaannya. Di bawah pohon besar di tepi sungai, Putri Mayang sering bertemu Hang Tuah secara diam-diam.
> **Putri Mayang:** "Tuah, hatiku gelisah. Ayahku mengatakan Pangeran Tumenggung akan datang melamar."
>
> **Hang Tuah:** (menunduk) "Mayang, aku hanya seorang prajurit. Aku tidak bisa bersaing dengan seorang pangeran."
>
> **Putri Mayang:** (menggenggam tangan Hang Tuah) "Kau bukan prajurit biasa. Kau adalah pelindung rakyat, penjaga kerajaan ini. Hatiku hanya untukmu, meski dunia menentangnya."
Hang Tuah tidak menjawab, tetapi matanya penuh tekad.
---
### Penolakan yang Memicu Perang
Beberapa hari kemudian, Pangeran Tumenggung datang dengan iringan pasukan besar dan hadiah melimpah. Ia melangkah ke aula istana dengan penuh keangkuhan.
> **Pangeran Tumenggung:** "Raja Ranggam, aku datang dengan segala kehormatan untuk mempersunting Putri Mayang. Dengan persatuan kita, kerajaanmu akan menjadi lebih kuat."
Putri Mayang melangkah maju, berdiri anggun di hadapan semua orang.
> **Putri Mayang:** "Maafkan aku, Pangeran. Aku menghormati kehendakmu, tetapi hatiku sudah tertambat pada seorang lain."
Wajah Pangeran Tumenggung berubah merah padam. Ia berdiri dan menatap Putri Mayang dengan mata penuh amarah.
> **Pangeran Tumenggung:** "Tidak ada yang menolak kehendakku! Jika bukan lewat pernikahan, aku akan mengambil kerajaan ini dengan kekuatan!"
---
### Perang di Tengah Cinta
Keesokan harinya, pasukan Pangeran Tumenggung menyerang. Desa-desa di sekitar kerajaan terbakar, dan rakyat melarikan diri ke hutan. Hang Tuah segera memimpin pasukan kecil kerajaan untuk menghadang serangan musuh.
> **Hang Tuah:** "Tuanku, bawalah rakyat ke tempat aman. Aku akan melindungi mereka sekuat tenaga!"
Putri Mayang, yang menyaksikan kehancuran dari istana, berlari menemui Hang Tuah di medan perang.
> **Putri Mayang:** "Tuah, aku tidak bisa membiarkanmu bertarung sendirian!"
>
> **Hang Tuah:** (menatapnya tajam) "Mayang, tempatmu bukan di medan perang. Kau harus selamat demi rakyat dan kerajaan ini!"
Meski berat hati, Putri Mayang menuruti permintaan Hang Tuah. Ia pergi bersama Raja Ranggam dan rakyatnya ke sebuah bukit terpencil yang jauh dari jangkauan musuh.
---
### Kabut Ajaib di Bukit Larangan
Saat pasukan Tumenggung mengejar ke bukit, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti kawasan tersebut. Raja Ranggam memanjatkan doa kepada Tuhan agar rakyatnya diselamatkan. Kabut semakin pekat, menutupi seluruh bukit hingga membuat pasukan Tumenggung tersesat.
Di tengah kabut itu, Hang Tuah muncul. Dengan keberanian dan kecerdasannya, ia memimpin serangan gerilya. Satu per satu prajurit Tumenggung tumbang.
> **Hang Tuah:** (berteriak lantang) "Ini tanah kami! Selama aku berdiri, kau tidak akan menyentuhnya!"
Pertempuran berakhir dengan kekalahan Tumenggung. Namun, Hang Tuah terluka parah dalam pertempuran terakhir.
---
### Perpisahan yang Mengharukan
Di puncak bukit, Hang Tuah terbaring lemah. Putri Mayang berlari ke sisinya, meneteskan air mata.
> **Putri Mayang:** (menggenggam tangan Hang Tuah) "Tuah, kau tidak boleh pergi. Aku membutuhkanmu."
>
> **Hang Tuah:** (tersenyum lemah) "Mayang, aku telah memenuhi tugasku. Bukit ini aman, rakyatmu selamat. Itu yang terpenting."
Dengan suara lirih, Hang Tuah berpesan kepada Raja Ranggam.
> **Hang Tuah:** "Tuanku, jadikan bukit ini tempat yang suci. Jangan biarkan siapa pun merusaknya."
Setelah berkata demikian, Hang Tuah menghembuskan napas terakhir di pelukan Putri Mayang.
---
### Legenda Bukit Larangan
Putri Mayang berjanji untuk menjaga Bukit Larangan sebagai tempat yang suci, melestarikan kenangan akan pengorbanan Hang Tuah. Hingga kini, bukit itu menjadi simbol cinta yang abadi, keberanian, dan pengorbanan. Penduduk percaya, kabut yang menyelimuti bukit adalah perlindungan dari roh Hang Tuah, yang terus menjaga tanah itu dari segala ancaman.
> **Putri Mayang:** (menatap ke arah kabut) "Tuah, cintaku padamu akan hidup selamanya, seperti bukit ini."
No comments:
Post a Comment