Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Sunday, December 1, 2024

Legenda Putri Pukes: Kisah Kesetiaan dan Kutukan dari Tanah Aceh

Dahulu kala, di sebuah kerajaan kecil di Aceh, hiduplah seorang putri cantik bernama Putri Pukes. Ia adalah anak tunggal seorang raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Putri Pukes tidak hanya dikenal karena kecantikannya, tetapi juga karena kelembutan dan kebaikan hatinya.  

Cinta dan Perpisahan 

Ketika Putri Pukes tumbuh dewasa, ia jatuh cinta kepada seorang pangeran dari kerajaan tetangga. Pangeran itu adalah sosok yang gagah dan baik hati, membuat hubungan mereka menjadi simbol cinta sejati. Namun, untuk bersatu dengan sang pangeran, Putri Pukes harus meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di kerajaan suaminya.  

Mengetahui hal itu, ibu Putri Pukes merasa berat hati. Sang ibu adalah wanita yang sangat menyayangi anak semata wayangnya.  

Ibu:
"Putriku, jika kau pergi, ingatlah untuk selalu menoleh ke belakang dan berpamitan. Jangan pernah melupakan tempat ini, tanah tempatmu lahir dan dibesarkan."  

Putri Pukes mengangguk dengan penuh kasih sayang, meyakinkan ibunya bahwa ia akan selalu mengingat pesan itu.  

Perjalanan Dimulai

Hari perpisahan pun tiba. Dengan iringan prosesi besar, Putri Pukes menaiki tandu emas menuju kerajaan suaminya. Sepanjang jalan, ia memikirkan kebahagiaannya bersama sang pangeran, tetapi ia juga merasa sedih meninggalkan ibunya.  

Namun, di tengah perjalanan, sebuah aturan adat mengharuskannya untuk tidak menoleh ke belakang hingga ia tiba di tujuan.  

Pengiring:
"Putri, jika Anda menoleh ke belakang, itu akan membawa nasib buruk. Teruslah berjalan."  

Putri Pukes, yang berada di persimpangan antara kerinduan pada ibunya dan rasa hormat pada adat, terus melangkah maju tanpa menoleh.  

Kutukan Sang Ibu

Di istana, sang ibu menunggu dengan harap-harap cemas. Namun, semakin lama Putri Pukes tidak menoleh atau berpamitan, hati sang ibu diliputi rasa kecewa dan sedih.  

Ibu:
"Jika kau begitu tega meninggalkan ibumu tanpa berpamitan, maka biarlah kau menjadi batu, agar kau tidak pernah meninggalkan tanah ini!"  

Kutukan itu keluar dari mulut sang ibu, dipenuhi amarah dan kesedihan. Saat itu pula, langit berubah mendung, dan suara petir menggema di seluruh desa.  

Putri Pukes Menjadi Batu  

Di tengah perjalanan, tubuh Putri Pukes mendadak kaku. Ia merasakan dingin yang menjalar dari ujung kaki hingga kepala. Para pengiringnya panik ketika melihat sang putri perlahan-lahan berubah menjadi batu.  

Putri Pukes:
"Tolong... Aku tidak bermaksud melukai hati ibuku!"  

Namun, semuanya sudah terlambat. Kutukan sang ibu menjadi kenyataan, dan Putri Pukes sepenuhnya berubah menjadi batu. Batu itu berdiri kokoh di sebuah bukit, menghadap ke arah kampung halamannya.  

Pelajaran dari Kisah Putri Pukes  

Batu yang dipercaya sebagai wujud Putri Pukes masih ada hingga kini di Aceh, di kawasan Gayo Lues. Masyarakat setempat menjadikan kisah ini sebagai pelajaran tentang pentingnya menghormati orang tua dan menjaga hubungan dengan keluarga, meskipun kehidupan membawa kita jauh dari mereka.  

Legenda Putri Pukes mengingatkan kita bahwa cinta kepada keluarga adalah sesuatu yang abadi dan harus dijaga, apa pun yang terjadi.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...