Di sebuah pagi yang dingin, saat embun masih setia menempel di daun-daun, angin pagi berembus perlahan. Angin itu bukan sekadar udara yang mengalir; ia adalah pesan yang tak terlihat, pembawa kehangatan kecil yang berharap bisa menyentuh jiwa.
Seseorang, dari kejauhan, memandang kamar yang masih terlelap dalam kegelapan. Ia merasakan angin yang menggigit tulangnya, seolah ingin menyampaikan sesuatu. Perlahan, ia menghembuskan napasnya, membiarkan angin membawa pesan itu, menyusup lembut ke kamar yang sepi, ke tubuh yang masih terlelap.
Di dalam kamar itu, seorang gadis tidur tenang. Angin pagi menyelinap, merasuk ke raganya. Pipinya tersentuh lembut, seolah bibir bidadari langit mendarat di sana. Ia menggeliat, merasakan kehangatan di balik udara dingin yang membangunkannya. Matanya perlahan terbuka, menatap jendela yang mulai terang oleh semburat cahaya matahari.
Dalam senyuman tipisnya, gadis itu tahu, seseorang sedang menunggunya di luar sana, menitipkan salam lewat embusan angin pagi.
No comments:
Post a Comment