Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Saturday, November 9, 2024

begitu juga

Malam itu, di bawah sinar rembulan yang lembut, mereka duduk berdua dalam keheningan. Ia menatap gadis di sampingnya dengan penuh kasih, tapi tersenyum lembut ketika gadis itu kembali bertanya, “Mengapa kamu mencintaiku?”

Pria itu hanya tersenyum, memandangi matanya sejenak, lalu berkata, “Ini tentang cinta, sayangku. Sesuatu yang indah, yang takkan mampu kau terjemahkan dengan kata-kata. Jangan pula kau tanya kenapa aku mencinta, karena makna itu telah tertera di hati kita sejak dulu.”

Gadis itu terdiam. Ia tahu pria ini memang tidak suka menjelaskan banyak hal dengan kata-kata. Pria itu mencinta dengan cara yang sederhana, yang sulit diuraikan. Namun, hatinya tetap penasaran, ingin mendengar alasan di balik cinta yang terasa begitu dalam itu.

Pria itu mendesah pelan, lalu berkata, “Sudahlah, aku telah menuntaskan semua pencarian kata untuk merangkai jawaban yang pantas. Tapi begini saja, seperti kataku, pejamkan matamu, sebut namaku sesaat, dan kau akan temukan jawabannya di sana, tanpa perlu memaksa lelaki ini berbicara.”

Perlahan, gadis itu memejamkan mata. Ia menyebut nama pria itu di dalam hatinya, merasakan kehangatan yang menyebar. Sejenak, semua pertanyaan dan keraguan itu hilang. Hanya ada kedamaian, cinta yang utuh, yang tak butuh penjelasan.

Ketika ia membuka mata, pria itu tersenyum hangat. “Cinta bukan untuk diterjemahkan, sayangku. Cinta untuk kita rasa, dan miliki selamanya. Percayalah, aku untukmu, dan sebaliknya.”

Gadis itu tersenyum, akhirnya mengerti. Tanpa kata, tanpa alasan yang panjang, ia tahu. Cinta itu tak selalu harus dijelaskan—cukup dirasakan.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...