Ketenangan Roy Hasanuddin tidak berlangsung lama. Beberapa bulan setelah ia berhasil menenangkan Hantu Rimba, sebuah mimpi misterius datang. Dalam mimpinya, seorang pria gagah berpakaian serba hitam dengan tanjak di kepala berdiri di sebuah dermaga kuno. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Laksamana Hang Tuah , pahlawan Melayu legendaris. Dengan suara berat dan tegas, Hang Tuah berkata,
"Roy Hasanuddin, pewaris sihir Melayu, engkau dipanggil untuk tugas yang lebih besar. Kegelapan dari masa lalu kini bangkit, dan hanya engkau yang mampu melawannya."
Roy terbangun dengan keringat dingin. Ia merasakan sesuatu yang besar sedang mendekat. Tanda-tandanya mulai terlihat: sungai yang keruh meskipun tak ada hujan, hewan-hewan hutan yang keluar dari habitatnya, dan masyarakat yang mengeluh tentang mimpi buruk yang terus-menerus menghantui mereka.
Roy kembali membuka keris ajaibnya dan mencoba berkomunikasi dengan Hang Tuah. Dalam sebuah ritual di tepi Sungai Siak, ia membaca mantra yang diwariskan kepadanya:
"Hang Tuah laksamana yang agung, Beri petunjuk dalam gelombang murung. Dari masa lalu, ke masa kini, Tunjukkan kebenaran yang harus kami jalani."
Tiba-tiba, cahaya dari keris memancar, dan sosok Hang Tuah muncul. Ia memberitahu Roy tentang ancaman besar: Bayang Laksamana, seorang panglima pengkhianat dari zaman Kesultanan Melaka, yang telah bangkit karena kekuatan jahat yang menghisap energi dari alam Melayu. Bayang Laksamana adalah musuh lama Hang Tuah, seorang yang dikenal karena menguasai ilmu hitam dan merusak keseimbangan dunia.
Perjalanan Melawan Bayang Laksamana
Untuk menghadapi ancaman ini, Roy membutuhkan lebih banyak kekuatan. Bersama Budiman dan Siti Melur, mereka melakukan perjalanan ke beberapa tempat keramat di Riau, seperti Gunung Bujang Tan Domang dan Hutan Lindung Zamrud, untuk menemukan benda-benda pusaka yang bisa membantunya. Setiap lokasi membawa tantangan baru. Di Gunung Bujang Tan Domang, mereka harus menghadapi Sang Gergasi Sungai, penjaga pusaka berupa tongkat kayu nibung yang konon bisa melindungi dari ilmu hitam.
Setelah memperoleh tongkat itu, Roy dan timnya menemui Hang Tuah sekali lagi di sebuah gua kuno yang disebut Gua Laksamana. Di sana, Hang Tuah memberikan pelajaran terakhir kepada Roy: cara memanggil Angkatan Perwira Melayu, roh para prajurit Melayu masa lalu, untuk bertarung bersamanya.
"Ingatlah, Roy. Kekuatanmu bukan hanya pada sihir, tetapi pada keikhlasan hatimu untuk melindungi tanah ini," kata Hang Tuah sebelum menghilang.
Pertempuran Terakhir
Ketika Bayang Laksamana akhirnya muncul, ia membawa pasukan ghaib yang menghancurkan desa-desa dan membakar hutan. Dengan keris di tangan kanan dan tongkat kayu nibung di tangan kiri, Roy memimpin pertarungan. Budiman menggunakan alat berat yang dimodifikasi untuk menghadang pasukan ghaib, sementara Siti Melur memimpin warga desa untuk melindungi diri dengan seni silat dan doa-doa.
Roy mengucapkan mantra pamungkas:
"Wahai tanah Melayu yang kujaga, Bersama Hang Tuah kita melangkah. Lawan kegelapan hingga akhir masa, Demi anak cucu dan segenap bangsa."
Dalam kilatan cahaya, roh-roh Angkatan Perwira Melayu muncul, dipimpin oleh Hang Tuah sendiri. Mereka bertempur melawan Bayang Laksamana dalam pertempuran epik yang berlangsung hingga fajar. Dengan kekuatan sihir dan persatuan masyarakat, Bayang Laksamana akhirnya dikalahkan dan disegel kembali ke dunia ghaib.
Awal Baru
Setelah kemenangan itu, Roy menjadi simbol kekuatan budaya dan alam Melayu. Ia terus bekerja sebagai teknisi, tetapi kini ia juga dikenal sebagai penjaga sihir dan tradisi Melayu. Budiman dan Siti Melur mendirikan komunitas untuk melestarikan seni silat dan budaya Melayu di Riau. Bersama-sama, mereka berjanji untuk menjaga keseimbangan antara manusia, budaya, dan alam.
Roy tahu tugasnya belum selesai. Dengan keris ajaib dan bimbingan dari roh Hang Tuah, ia terus bersiap menghadapi ancaman lain yang mungkin datang di masa depan. Karena bagi Roy, menjadi pewaris sihir Melayu berarti menjaga warisan ini untuk generasi yang akan datang.
Tamat, atau... hanya sebuah awal.
No comments:
Post a Comment