Tetes hujan merintih ditengah kangen ku, jika usai hujan di senja ini,

ku berharap pelangi dihadirkan oleh Tuhanku, untuk mengobati rindu yang semakin meronta diujung kalbu.

Wednesday, December 4, 2024

Cerita Bab 2: Cinta yang Terbelah di Bukit Batu



Matahari terbenam memancarkan sinar keemasan, menyinari pelabuhan yang ramai. Lancang Kuning berlabuh gagah, menjadi saksi bisu dari pesta pernikahan yang tengah berlangsung meriah. Umar, dengan wajah berseri, menggandeng Zubaidah, gadis jelita yang telah berhasil mencuri hatinya. Kecantikan Zubaidah bagai rembulan purnama, memancarkan cahaya lembut yang membuat siapa pun terpana.
Namun, di balik sorak sorai pesta, ada sepasang mata yang menatap sendu. Panglima Hasan, dengan raut wajah muram, berdiri di sudut ruangan. Ia berusaha menyembunyikan rasa sakit yang mendalam di hatinya. Cinta yang selama ini ia pendam untuk Zubaidah kini terasa bagai duri yang menusuk relung hatinya.
"Takdir ini tak adil," gumam Hasan lirih, matanya menatap tajam ke arah mempelai. "Jika Umar yang memilikinya, aku akan merebutnya, meski dengan darah sekalipun."
Hasrat balas dendam mulai membakar jiwanya. Ia merencanakan sebuah intrik licik untuk memisahkan Umar dan Zubaidah. Dengan lihai, ia menyebarkan rumor buruk tentang Umar, menuduhnya sebagai seorang pengkhianat yang bersekongkol dengan musuh kerajaan.
Rumor tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru kerajaan. Rakyat yang tadinya begitu menghormati Umar kini mulai meragukan kesetiaannya. Datuk Laksmana, yang sangat mempercayai Umar, pun menjadi ragu.
Di tengah kebingungan dan kesedihan, Zubaidah tetap teguh pada cintanya. Ia yakin bahwa Umar tidak akan pernah melakukan pengkhianatan. Namun, tekanan dari masyarakat dan keraguan Datuk Laksmana membuat hubungan mereka semakin renggang.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Hasan mengajak Zubaidah bertemu di sebuah bukit yang terpencil. Dengan licik, ia menunjukkan bukti-bukti palsu yang seolah-olah membuktikan pengkhianatan Umar. Zubaidah, yang hatinya sudah terluka, mulai percaya pada kata-kata Hasan.
Dengan air mata berlinang, Zubaidah memutuskan untuk meninggalkan Umar. Hatinya hancur berkeping-keping, namun ia merasa bahwa inilah keputusan terbaik untuk menyelamatkan nama baik Umar dan kerajaan.
Umar yang merasa dikhianati oleh orang yang dicintainya, sangat terpukul. Ia merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Namun, ia tidak menyerah. Dengan bantuan sahabat-sahabat setianya, ia berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...